Melalui campaign Sepatu Sekolah untuk Waingapu kami mengajak kamu mengiringi langkah anak Sumba Sekolah. Ayo bergandeng tangan menemani mereka jemput impian!
Kupersembahan cerita yang akan mengantarkan kado di awal tahun yang baru untuk kalian adik-adikku, Permata Sumba, Pelita Bangsa Indonesia.
Kisah Dullah Si Penggembala Kuda Sumba
Mentari sudah menyongsong tinggi seperti semangat Dullah dan kawan-kawannya. Ke sekolah memanglah menjadi suatu kewajiban untuk mereka, lengkap dengan seragam dan atributnya. Rutinitas ini sama dengan daerah di Indonesia bagian manapun. Tetapi masalah alas kaki ini yang membedakan sekolah ini dengan sekolah yang lain. Bersepatu disini adalah bukan kebutuhan primer, melainkan suatu kebutuhan yang mewah bagi mereka. Sandal adalah sepatu di sekolah mereka.
“Hai kakak e !”
“Hai adik. Siapa adik punya nama?”
“Dullah kaka!”
Kami mulai menyapa dan mengakrabkan diri . Dia adalah Dullah, bocah 12 tahun yang duduk di kelas 6 SD Masehi Pau. Saat itu kami bertemu Dullah sepulang sekolah sedang menggembalakan kudanya, masih berseragam putih merah dengan tubuhnya yang kurus tinggi dan kaki yang tak beralaskan apapun. Padahal teriknya matahari Sumba siang itu menggambarkan betapa panasnya juga tanah yang kami pijak.
(Dullah baru saja pulang sekolah, masih berseragam, tapi kemana sepatu dia?)
Hari kedua kami bertemu Dullah lagi, kali ini ia bersama teman-temannya. Mereka berjalan sambil menenteng sandal jepit ditangan. Pemandangan anak-anak sepulang sekolah menenteng sandal jepit membuat kami terheran- heran. Kamipun bertanya:
“Eh Dullah, kenapa kok sandalnya ditenteng?”
“Iya kakak e, biar besok waktu digunakan ke sekolah lagi tidak kotor e.” Jawaban polos dari bibir Dullah yang lugu.
“Kenapa Dullah tidak pakai sepatu saja ke sekolah?” Jejal pertanyaan kami kepadanya.
“Kaka, saya tidak ada sepatu. Sepatu saya sudah tidak muat lagi. Kemarin terakhir dibelikan bapak saya ketika saya masuk di kelas satu sebagai hadiah. Tapi sekarang sudah tidak muat lagi dipakai.”
Di tengah terik matahari Sumba kami merasakan sambaran petir siang bolong di hati kami. Kini kami berubah pemikiran kami bahwasanya sepatu adalah hal yang istimewa.
Dullah cukup mewakili teman-temannya menjelaskan bahwa semangat anak-anak Sumba pergi ke Sekolah meski hanya beralaskan sandal jepit tak kalah hebat seperti semangat anak-anak di Jawa. Di mana pulau yang mereka dambakan untuk dikunjungi.
“Kaka e, ajak Dullah ke Jawa”
“Kenapa Dullah ingin pergi ke Jawa?”
“Untuk Sekolah, supaya bisa jadi seperti kaka e”
Di hari-hari terakhir di Sumba kami mengetahui bahwa Dullah adalah anak yang gigih dalam mencapai apa yang ia cita-citakan. Untuk pergi ke sekolah saja belum semua anak-anak di Waingapu dan orangtua punya kesadaran. Ada beberapa anak yang sehari sekolah sehari tidak. Pernah suatu hari kami melihat Dullah menyemangati adiknya sendiri:
“ Adik besok harus pergi ke sekolah, besok kaka e belikan sepatu untuk sekolah”
Padahal kami tahu dari cerita Dullah bahwa membeli beras untuk makan sehari-hari saja harus menunggu kain tenun mamaknya terjual (belum tentu seminggu sekali) apalagi untuk beli sepatu di Kota.
Tim Aware of Waingapu (AWU) mengajak teman-teman untuk berdonasi dan menyebarkan campaign #SepatuWaingapu.
Dullah dan teman-temannya di Waingapu Sumba Timur sangat pantas mendapatkan kado sepasang sepatu. Selain untuk melindungi kaki mereka dari teriknya matahari Sumba dan menghindarkan dari penyakit kulit atau penyakit lainnya yang tertular melalui tanah, hal ini juga salah satu bentuk dukungan kita semua untuk menyemangati mereka dalam mewujudkan mimpi-mimpinya.
Kami mengajak teman-teman untuk mengirimkan kado sepasang sepatu untuk mereka. Yuk bantu Waingapu bersepatu dengan sedikit berbagi melalui :
1. Klik https://ktbs.in/qmk2u atau https://kitabisa.com/sepatuuntukwaingapu
2. Klik *"donasi sekarang"*
3. Isi data diri (bisa anonim) dan pilih cara pembayaran
4. *Transfer ke no rekening yang dipilih*, jangan lupa dengan kode uniknya
5. Bantu *share informasi ini* ke lingkaran terdekat kita
2. Klik *"donasi sekarang"*
3. Isi data diri (bisa anonim) dan pilih cara pembayaran
4. *Transfer ke no rekening yang dipilih*, jangan lupa dengan kode uniknya
5. Bantu *share informasi ini* ke lingkaran terdekat kita
Narahubung: Brian Sahar (081286910815)
Semoga niat tulus kita dapat menambah senyum di wajah adik-adik Waingapu.
#SepatuWaingapu
NB: Team AWU menerima donasi secara langsung melalui anggota tim kami :
- Bali : Dewa (087861806081)
- Lampung : Gema(085769737771)
- Malang : Jibril(+6282336611770)
- Jakarta : Derry(082298809918)
- Surabaya : Susmita(085755104795)
- Mojokerto : Ragil(081260618166)
- Jogjakarta : Thio (08981187529)
- Solo : Brian Sahar (081286910815)
- Semarang: Gayuh (085640010110)
- Lampung : Gema(085769737771)
- Malang : Jibril(+6282336611770)
- Jakarta : Derry(082298809918)
- Surabaya : Susmita(085755104795)
- Mojokerto : Ragil(081260618166)
- Jogjakarta : Thio (08981187529)
- Solo : Brian Sahar (081286910815)
- Semarang: Gayuh (085640010110)
Terimakasih
Salam hangat,
Team AWU (Aware of Waingapu)
Salam hangat,
Team AWU (Aware of Waingapu)