Sabtu, 19 November 2016

Belajar dari Gerakan Nonton Bola Berjamaah

Dini hari kali ini burjo terasa lebih ramai. Beberapa menit kemudian layar kaca tampak menampilkan lapangan hijau.
"Oh ternyata ada pertandingan bola. MU lawan Newcastle. Huuft".
Tanpa harus dibuat suatu gerakan, tanpa harus dibuat tampak kelihatan keren ternyata nonton bola berjamaah sudah sangat populer. Para jamaah nobariah tampak khusyuk mahsyuk larut mengikuti irama pertandingan.
Tanpa diiming-imingi do'a diijabah, diberi kebaikan lebih dari dunia dan seisinya, berpuluh pasang mata rela bangun dari tidurnya di dua pertiga malam untuk menyaksikan pertandingan sepak bola. Kekuatan apa yang sebenarnya dimiliki oleh Gerakan Nonton Bola Berjamaah ini? Kenapa kita tak menduplikasinya ke kegiatan lain? Jika kita bisa bangun menahan pejaman mata demi sepak bola, bukankah kita juga harusnya bisa melakukannya untuk kegiatan lain? Sholat berjamaah di masjid misalnya.



Kata seorang alim ulama "Masalah negeri ini insyaAllah akan selesai dengan sendirinya jika shof sholat berjamaah di masjid-masjid bisa seramai shof sholat jum'at".
Saya sepakat dengan pernyataan tersebut. Tentu dengan tidak serta merta sholat berjamaah menjadi penyebab keberhasilan negeri ini. Namun ada variabel penghubung di balik sholat berjamaah, yaitu komitmen dan kedisiplinan. Tanpa kedua hal tersebut, adalah hil yang mustahal kita bisa terus menerus menjaga sholat berjamaah.
Disini saya menggugat, namun saya tak berani menggugat sepenuhnya. Karena sadar atau tidak, diri inipun belum mampu komitmen seratus persen menghadiri shaf sholat berjamaah di masjid.
Ingin mengajak teman-teman yang lain dengan tetap mengingatkan pada diri yang belum sempurna ini. Yuk kita sholat berjamaah di masjid.

Dari hamba yang fakir nan dhoif
Ahmad Shofwan Muis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar